Di suatu desa pada zaman dahulu ada
seorang anak bernama Irine. Ia dicintai oleh semua orang terlebih lagi Neneknya
karena ia manis dan baik budi.
Ketika ia merayakan hari ulang tahunnya, sang Nenek
memberikan Jubah Merah bertopi yang lucu. Ia amat bahagia dan menyukainya.
Jubah itupun langsung dipakainya untuk berjalan-jalan.
Sahabat-sahabatnya seperti sapi, kucing, anjing, kagum pada
jubah itu. Pada suatu hari seperti biasa ia ber- jalan-jalan di hutan untuk
melihat bunga-bunga yang indah.
Jubah Merah melihat sekuntum bunga yang warnanya sangat
menarik sehingga ia tertarik untuk memetiknya. “Bunga ini akan aku berikan pada
Nenek, Nenek pasti senang,” serunya penuh kegirangan. Sambil memetik
bunga-bunga itu ia bernyanyi-nyanyi kecil.
Tanpa ia sadari, ada bahaya sedang mengintai. Dari balik
pohon yang tidak jauh dari tempat ia ber- diri, serigala jahat diam-diam ber-
sembunyi dan membuka mulutnya lebar-lebar. “Sekarang aku makan kau,” dengan
mata berkilap-kilap senang ia beranjak dari tempatnya.
Akan tetapi sebelah kakinya terjepit perangkap kelinci, tapi
ia tidak menjerit. Sambil menahan rasa sakit ia menarik kakinya yang luka dari
perangkap itu pelan-pelan.
Si Jubah Merah tidak mengetahui kejadian itu. Setelah
memetik bunga, iapun meneruskan perjalanan.
Namun serigala tidak menyerah dengan otaknya yang licik, ia
terus berpikir bagaimana cara memakan Jubah Merah.
” Nah, sebaiknya aku makan dulu Neneknya, baru Jubah Merah,
” ucapnya sambil tersenyum licik.
Dengan memotong jalan, serigala pergi ke rumah Nenek. Iapun
lebih dulu tiba dari Jubah Merah. Kemudian iapun mengetuk pintu ….. ” Nenek,
saya Jubah Merah,” ucapnya menirukan suara Irine.
Mendengar itu Nenek menjadi heran karena suara Jubah Merah
tidak seperti biasanya. ” Kenapa suaramu berubah jadi aneh Jubah Merah” kata
Nenek dengan penuh curiga.
” Saya sedang tidak enak badan, Nek ” jawab serigala.
Segera Nenek turun dari tempat tidur dan membukakan pintu.
Begitu pintu terbuka yang dilihatnya bukan Jubah Merah
melainkan serigala yang sudah membuka mulutnya lebar-lebar. Nenek kaget dan
ketakutan serta tidak bisa berbuat apa-apa. Saat itulah dengan cepat serigala
menelan Nenek.
Setelah puas, lalu serigala memakai piyama Nenek dan naik ke
tempat tidur serta menutup wajahnya dengan selimut, seperti sedang sakit.
Tak lama kemudian, serigala mendengar suara nyanyian dari
Jubah Merah. Cepat-cepat ia mempersiapkan diri berpura-pura menjadi Nenek.
” Buka pintunya, Nek” seru Irine.
” Masuklah pintu tidak dikunci. Akhirnya kau datang juga,
Nenek sudah lama menunggumu.” Mendengar suara Neneknya yang seperti itu ia
menjadi heran.
” Nek, kok suaranya jadi aneh begitu ? ” tanya Jubah Merah
penuh curiga.
” Iya, Nenek sedang masuk angin, jadinya serak ,” jawab
Nenek palsunya.
” Kasihan Nenek, ini saya bawakan bunga yang indah “.
Kemudian iapun meletakkan bunga di jambangan dan meletakkan kue serta apel di
atas meja.
Si Jubah Merah sama sekali tidak mengetahui bahwa yang tidur
dipembaringan itu adalah serigala jahat.
Ia pun berjalan mendekati Nenek, tapi ia sangat kaget dan
heran melihat perubahan pada diri Nenek.
Telinga, mata, serta mulut Nenek menjadi besar. Karena tidak
sabar lagi untuk memakan Jubah Merah, serigala melompat dari tempat tidur
kemudian menerkam Irine.
Karena tidak menyangka kalau yang dihadapannya adalah
serigala, iapun tidak bisa berbuat apa-apa. Ia ingin lari tetapi badannya tidak
bisa bergerak. Tanpa membuang kesempatan yang ada serigala langsung menelan
Jubah Merah yang berdiri terpaku.
Di tempat lain yang tidak jauh dari rumah Nenek tampak
seorang pemburu.
Ternyata ia sudah lama mengawasi rumah itu, karena mendengar
suara ribut-ribut yang ditimbulkan serigala, iapun mendekati rumah Nenek dengan
hati-hati dan mencari cara yang tepat untuk menolong Nenek dan Irine.
Sementara itu karena kenyang, serigala akhirnya mengantuk
dan tertidur pulas.
Dengkuran serigala terdengar ke telinga pemburu. Zzz…. Zzz….
Tanpa membuang kesempatan emas itu, pemburu segera masuk ke rumah dan mendekati
serigala.
Cepat-cepat dicarinya gunting yang besar dan kuat. Syukurlah
Nenek dan Jubah Merah masih hidup di dalam perut serigala. Pemburu menggunting
perut serigala yang sedang tidur dengan hati-hati. Tak lama kemudian, keluarlah
Nenek dan Jubah Merah dari dalam perut serigala. Merekapun mengucapkan terima
kasih pada pemburu.
Walaupun perutnya telah digunting serigala masih saja tidur.
Kemudian mereka segera berunding untuk memutuskan hukuman apa yang cocok untuk
serigala.
Akhirnya mereka memutuskan untuk memasukkan seratus batu ke
dalam perut serigala yang terbuka. Satu-persatu batu-batu itu dimasukkan
kedalam perut serigala. Setelah itu, Nenek mengambil benang dan jarum dan
menjahit perut serigala. Kemudian setelah semuanya rapih, mereka sembunyi di
balik pohon di belakang rumah sambil menunggu serigala bangun.
Beberapa saat kemudian serigala bangun dari tidurnya. Ia ingin
bangun tapi tidak bisa karena perutnya berat sekali.
” Oohhh… kenapa perutku jadi berat begini, apa karena aku
makan dua orang ? “
” Oohhh.., kering sekali tenggorokkanku, rasanya aku haus
sekali. “
Ia berjalan terhuyung-huyung menuju sumur batu sambil
memegangi perutnya, tanpa menyadari jika di dalam perutnya sudah berisi seratus
batu.
Lalu serigala menjulurkan badannya ke sumur untuk minum.
Karena perutnya penuh batu akhirnya, ia jatuh ke dalam sumur dan tenggelam .
Melihat itu mereka bersorak kegirangan.
Kemudian mereka bertiga mengadakan pesta kecil. Nenek
menyediakan buah-buahan lezat dan kue buatannya. Tawa dan canda mereka mewarnai
suasana di sore itu dan mereka melewatkan saat-saat bahagia bersama.
Tidak terasa hari telah gelap dan tibalah waktunya pulang.
Nenek mengisi keranjang jubah merah dengan buah anggur untuk oleh-oleh.
Nenekpun berpesan pada Jubah Merah, agar hati-hati dengan orang yang tidak
dikenal.
Jubah Merah akhirnya pulang dengan gembira ditemani sang
pemburu dan anjingnya.