Info terupdate
SISI LAIN REALITA
Indeks

Mentiko Betuah – Cerita Rakyat Aceh

Mentiko Betuah – Cerita Rakyat Aceh

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Mentiko Betuah – Cerita Rakyat Aceh

Mentiko Betuah merupakan cerita rakyat yang berasal dari
Aceh (Nanggroe Aceh Darussalam). Cerita ini mengisahkan tentang seorang anak
raja yang bernama Rohib. Rohib sangat dimanja oleh kedua orang tuanya. Segala
keinginan Rohib selalu dikabulkan. Meskipun manja, Rohib sebenarnya anak yang
baik. Suatu ketika, Rohib membuat kecewa orang tuanya dan membuat dia diusir
dari istana. bagaimana kisah Rohib selanjutnya ? Mari kita simak Lanjutan
Ceritanya.

Pada zaman dahulu kala, berdirilah sebuah kerajaan di
wilayah Aceh, tepatnya di Simeulue. Kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang
raja yang sangat menyayangi putranya. Putranya bernama Rohib. Rohib sangat
dimanja oleh ayah ibunya. Segala keinginan Rohib selalu dikabulkan. Sang raja
menyekolahkan anaknya ke sekolah terbaik yang berada di kota. Rohib yang tumbuh
remaja masih membawa sifat manjanya, hingga akhirnya dia tidak dapat menamatkan
belajarnya. Rohib yang manja pulang ke istana sebelum menamatkan belajarnya. Sikap
Rohib membuat sang ayah menjadi kesal. Dia sudah tidak tahan dengan sikap Rohib
yang manja. Sang raja naik pitam dan memutuskan agar Rohib dihukum gantung
saja, karena tidak pantas meneruskan tampuk kepemimpinan kerajaan. Karena
pertimbangan permaisuri, sang raja akhirnya hanya mengusir Rohib dari istana
dengan berbekal uang untuk bertahan hidup.

Rohib diusir dari istana

Akhirnya Rohib dibuang ke luar istana. Dengan terpaksa Rohib
pergi dari kampung ke kampung, mengembara tanpa tujuan. Terkadang Rohib tidur
di bawah pohon, di gubuk kosong, atau rumah penduduk yang mau menerima
keadaannya.

Waktu demi waktu berlalu, Rohib yang masih mengembara tidak
tampak seperti anak yang berada. Rohib terlihat lusuh dengan baju seadanya.
Ketika sedang dalam perjalanan, Rohib bertemu dengan beberapa anak yang
menembak burung dengan ketapel.

Rohib tampak iba kepada burung yang menjadi korban
kebiadaban anak-anak itu, sehingga menimbulkan kekesalan bagi Rohib kepada
anak-anak tersebut.

“Hai sadaraku, janganlah kalian menembaki burung itu. Burung
itu ingin hidup bebas, mereka juga berhak untuk hidup,” tegur Rohib.

“Siapa kamu ? berani-beraninya kamu menegur kami !” kata
salah satu dari sekelompok anak itu.

“Jika kalian tidak menembak burung itu lagi, maka kalian
akan aku beri uang,” Rohib lalu memberikan uang hasil perbekalan yang diberikan
kedua orang tuanya.

Uang perbekalan itu akhirnya habis juga, setelah Rohib
memberikannya kepada pengemis, penduduk yang bersedia menerima kehadirannya
ketika Rohib ingin berteduh dan beristirahat di sebuah rumah, anak-anak yang
membunuh burung dengan ketapel tadi, atau orang yang membutuhkan. Begitulah
sikap Rohib, dia anak yang manja, namun memiliki kemuliaan hati dan bersikap
santun kepada sesama.

Rohib bertemu raja ular

Rohib tidak memiliki perbekalan lagi. Dia tidak tau harus
beristirahat di mana. Hingga akhirnya dia kelelahan dan tertidur di bawah pohon
rindang. Tidak lama kemudian, seekor ular besar datang menghampiri Rohib. Rohib
yang saat itu tertidur pulas, tiba-tiba terbangun dengan suara gesekan dedaunan
yang diakibatkan oleh kedatangan ular. Melihat ular besar berada di hadapannya,
Rohib terperanjat dan berusaha melarikan diri. Namun sang ular tersebut
berusaha menghentikan langkah Rohib dengan berkata layaknya seperti manusia.

“Jangan takut anak muda, saya adalah raja ular di hutan
ini,” kata sang ular.

“Bbb.. baiklah…,” kata Rohib dengan wajah pucat pasi.

“Aku ingin bertanya, ada apa gerangan engkau berada di sini
?” tanya sang ular.

Rohib menceritakan kisahnya hingga akhirnya sampai di bawah
pohon rindang itu. Mendengar penjelasan Rohib, sang ular kagum akan kebaikan
Rohib yang membantu manusia dan makhluk hidup lainnya.

“Rohib, kamu adalah anak yang baik. Sebagai imbalan
kebaikanmu, kamu akan kuberikan sebuah benda ini,” sang ular menjulurkan
lidahnya. Dia memberikan sebuah benda kepada Rohib.

Mentiko Betuah

“Apa nama benda ini ?” tanya Rohib.

“Benda ini bernama Mentiko Betuah. Benda ini dapat
mengabulkan apa saja yang engkau inginkan,” kata sang ular.

Akhirnya sang ular pamit dan Rohib tidak lupa mengucapkan
banyak terimakasih kepada sang ular. Rohib berharap agar benda tersebut dapat
menjadikan ayahnya tidak murka lagi kepadanya.

“Hai Mentiko Betuah, aku minta uang yang banyak,” perintah
Rohib.

Akhirnya munculah uang yang sangat banyak di hadapan Rohib.
Rohib terlihat senang. Dia membawa uang tersebut untuk kembali kepada ayahnya
di istana. Ketika sampai di istana, sang ayah merasa senang karena anaknya
telah sukses dan membawa uang banyak.

“Mentiko Betuah ini membawa keberuntungan bagiku. Bagaimana
kalau benda ini aku jadikan cincin, jadi benda ini dapat dibawa dengan mudah
kemana saja aku pergi,” gumam Rohib.

Menurut cerita rakyat Aceh, Mentiko Betuah akhirnya dibawa
Rohib kepada tukang pembuat cincin. Sang pembuat cincin yang tau dengan
keajaiban Mentiko Betuah tersebut akhirnya membawa kabur benda tersebut. Ketika
Rohib mengetahui bahwa Mentiko Betuah dibawa kabur oleh tukang pembuat cincin,
dia mengutus ketiga temannya yaitu tikus, kucing dan anjing untuk mencari
Mentiko Betuah tersebut.

Akhirnya, dari hasil pelacakan sang anjing, tukang pembuat
cincin ditemukan tertidur di pinggiran sungai. Mentiko Betuah tersebut
disembunyikan oleh si pembuat cincin ke dalam mulutnya. Untuk mengeluarkan
Mentiko Betuah tersebut, sang kucing memasukan ekornya ke dalam lubang hidung
si pembuat cincin. Si pembuat cincin itu bersin dan mengeluarkan Mentiko
Betuah. Benda itu berhasil ditangkap oleh tikus tanpa sepengetahuan anjing dan
kucing. Si tikus hanya berkata behwa Mentiko Betuah jatuh ke dalam sungai. Anjing
dan kucing akhirnya sibuk mencari benda itu hingga ke dasar sungai.

Mentiko Betuah yang dibawa tikus akhirnya diserahkan kepada
Rohib. Rohib sangat senang atas keberhasilan dari usaha si tikus. Selang
beberapa waktu kemudian, si kucing dan anjing mengabarkan bahwa mereka tidak
menemukan Mentiko Betuah kepada Rohib. Namun, alangkah terkejutnya kucing dan
anjing, bahwa Mentiko Betuah telah sampai ke tangan Rohib. Kucing dan anjing
tau bahwa ini adalah perilaku dari kelicikan tikus. Hingga saat itu, anjing dan
kucing menjadi benci terhadap tikus.

Demikianlah cerita rakyat dari Aceh yang berjudul Mentiko
Betuah. Pesan moral yag dapat kita ambil dari cerita rakyat ini adalah kita
harus selalu berbuat kebaikan, dan jangan melakukan tindakan licik yang dapat menimbulkan
permusuhan. Terimakasih telah mengunjungi situs ini.


Eksplorasi konten lain dari PRAKATA.ID

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.