Seperti Bunga dan Lebah |
Seperti Bunga dan Lebah
ujar Risa tiba-tiba di sore hari yang sejuk itu.Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!
“Hmm, kisah apa ya? Aku bacakan sepenggal kisah tentang
analogi Bunga dan Lebah, mau?” jawabku yang berbalas anggukan penuh semangat
dari Risa.
Seperti bunga dan lebah.
Ya, aku lebah dan ia bunganya. Atau mungkin sebaliknya. Aku
tak peduli.
Simbiosis mutualisme, pikirku. Karena kami saling memberi,
dan tanpa sadar saling menerima.
Lalu aku mulai meminta lebih banyak. Dan otomatis ia memberi
lebih banyak.
Begitu yang kami lakukan sebagai bunga dan lebah.
Tapi aku sadar.
Mungkin aku bunganya.
Objek yang tidak akan pernah bisa berpindah tempat, hanya
menunggu untuk disinggahi sesaat.
Ia lebahnya.
Hadir kala memang saatnya hadir. Pergi kala memang saatnya
pergi.
Kala sang bunga menutup diri, berhenti untuk meminta, maka
sunyi akan segera tercipta. Sang lebah boleh pergi, mencari keindahan bunga
yang lain.
Lalu sepi.
Risa menatapku dengan nanar, seraya berkata “Tuan Rifazi,
sejak kapan kamu pandai bercerita seperti ini?”.
“Sejak aku sadar, bahwa aku dan kamu hanya bisa sekedar
menjadi teman, Nyonya Risa. Aku-lah bunganya, dan tentu, kau lebahnya” ujarku,
tentu saja hanya berani kusampaikan dalam hati.
Eksplorasi konten lain dari PRAKATA.ID
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.