Jakarta – Foto-foto yang menakjubkan ini menunjukkan hal yang jarang terlihat karena sebagian besar fenomena ini terletak di dekat ekuator matahari.
Untuk menyertakan kolom plasma yang luas dalam satu foto, Eduardo harus memutar kameranya kemudian menyesuaikan orientasi gambar melalui proses pengeditan agar dapat mewakili keagungan Matahari secara akurat.
“Fotografi matahari sangat sulit dilakukan, karena ada masalah besar: ketika ingin memotret Matahari secara detail, Anda harus melakukannya dengan melihatnya melalui atmosfer bumi,” jelas Schaberger kepada BBC Mundo.
Kecintaan Eduardo terhadap kosmos berawal dari masa kecilnya, ketika ia terpesona mengamati langit malam sekaligus mengagumi misteri yang tersembunyi di bintang-bintang.
Saat ini, dengan berbekal peralatannya sendiri, ia mendedikasikan diri untuk mengabadikan kemegahan tata surya, dengan fokus pada matahari.
Dia menggambarkan setiap sesi pemotretan sebagai pertemuan dengan alam yang agung, di mana bintik matahari yang sangat besar, filamen yang menari-nari di permukaan, dan ketinggian yang menjulang ribuan ke angkasa mengungkapkan keagungan dan kekuatan Matahari.
Untuk pengambilan foto Matahari yang dilakukannya, dia mengatakan dirinya “membutuhkan banyak kerja keras, banyak kesabaran, menunggu momen di atmosfer untuk dapat memulai pengambilan gambar”.
“Dan beruntung kami memiliki beberapa frame dengan kualitas yang baik.”
Turbulensi atmosfer, yang merupakan tantangan besar dalam astrofotografi resolusi tinggi, cenderung mendistorsi gambar – sebuah efek yang diperburuk saat memotret matahari karena panasnya menyebabkan berbagai lapisan atmosfer memanas dan bergejolak.
Untuk mengatasi kendala ini, Eduardo menggunakan teknik yang dikenal sebagai “pencitraan keberuntungan”.
Metode ini terdiri dari pengambilan rangkaian video dengan banyak frame, dengan harapan bertepatan dengan momen stabilitas atmosfer.
Dia kemudian dengan cermat memilih dan menumpuk antara 70 dan 100 frame ini untuk mengurangi gangguan digital sehingga meningkatkan kejernihan gambar.