Info terupdate
SISI LAIN REALITA
Indeks

Cerita Rakyat Melayu : Kisah Nusantara Si Lancang

Kisah Nusantara Si Lancang

Pada zaman dahulu hiduplah seorang janda dan anaknya benama
si Lancang. Tempat di mana mereka tinggal disebut daerah Kampar. Sehari-hari
mereka hidup susah. Penghasilannya sebagai buruh tani sangat sedikit. Keadaan
ini membuat si Lancang berpikir untuk memperbaiki nasib dengan pergi merantau.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Pada suatu hari, si Lancang berangkat ke negeri orang. Si
Lancang bekerja keras bertahun-tahun lamanya. Segala perjuangannya tidak
sia-sia, ia berhasil mencapai cita-citanya menjadi orang kaya. Ia menjadi
saudagar yang memiliki berpuluh-puluh kapal dagang. Akan tetapi, ia lupa pada
ibunya yang miskin dan hidup menderita.

Pada suatu hari, si Lancang singgah di Kampar. Berita
kedatangan si Lancang terdengar oleh ibunya. la mengira bahwa si Lancang pulang
untuk dirinya. Dengan memberanikan diri, ia naik ke geladak kapal mewah si
Lancang. Si ibu langsung menghampiri si Lancang dan ketujuh istrinya. Betapa
terkejutnya si Lancang ketika menyaksikan bahwa perempuan berpakaian compang
camping itu adalah ibunya. Si Lancang merasa malu.

Sementara Ibunya segera menghampiri si Lancang. “Engkau
Lancang, Anakku! Oh… betapa rindunya hati emak padamu.”

Mendengar sapaan itu, si Lancang begitu tega mengingkari
pengakuan ibunya sambil berteriak.

“Mana mungkin aku mempunyai ibu miskin seperti kamu. Kelasi!
usir perempuan gila ini!”

Dengan perasaan hancur berkeping-keping, ibunya pergi
meninggalkan semua angan-angan tentang anaknya. Luka hati seperti disayat-sayat
sembilu. Setibanya di rumah, hilang sudah akal sehatnya dan kasih sayangnya
karena perlakuan buruk yang diterimanya. Ia mengambil pusaka yang dimilikinya
berupa lesung penumbuk padi dan sebuah nyiru. Diputarnya lesung itu dan
dikibas-kibaskan nyiru itu sambil berkata, “Ya Tuhanku… hukumlah si anak
durhaka itu.”

Tuhan mengabulkan permintaan ibu tua renta itu. Dalam
sekejap, turunlah badai topan. Badai tersebut meluluhlantakkan kapal-kapal
dagang milik si Lancang dan harta benda miliknya juga terbang hilang lenyap.
Menurut cerita rakyat setempat, kain sutranya melayang-Iayang dan jatuh menjadi
negeri Lipat Kain yang terletak di Kampar Kiri. Gongnya terlempar ke Kampar
Kanan dan menjadi Sungai Ogong.

Tembikarnya melayang menjadi Pasubilah,
sedangkan tiang bendera kapal si Lancang terlempar hingga sampai di sebuah danau
yang diberi nama Danau si Lancang. Hingga sekarang, nama-nama tempat itu masih
ada. 

Dongeng legenda ini hendaklah jadi nasihat agar seorang anak tetap ingat
dan berbakti kepada orang tuanya.


Eksplorasi konten lain dari PRAKATA.ID

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.