Info terupdate
SISI LAIN REALITA
Indeks

Cerita Dongeng Pangeran Kodok

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!
Cerita Dongeng Pangeran Kodok


Pada jaman dahulu kala, ketika saat itu dengan mengharapkan
sesuatu, hal itu dapat terwujud, ada seorang Raja yang mempunyai putri-putri
yang sangat cantik jelita, dan putrinya yang termuda begitu cantiknya sehingga
matahari sendiri yang melihat kecantikan putri termuda itu menjadi ragu-ragu
untuk bersinar. Di dekat istana tersebut terletak hutan kayu yang gelap dan
rimbun, dan di hutan tersebut, di bawah sebuah pohon tua yang mempunyai
daun-daun berbentuk hati, terletak sebuah sumur; dan ketika cuaca panas, putri
Raja yang termuda sering ke hutan tersebut untuk duduk di tepi sumur yang
dingin, dan jika waktu terasa panjang dan membosankan, dia akan mengeluarkan
bola yang terbuat dari emas, melemparkannya ke atas dan menangkapnya kembali,
hal ini menjadi hiburan putri raja untuk melewatkan waktu.


Suatu ketika, bola emas itu dimainkan dan dilempar-lemparkan
keatas, bola emas itu tergelincir dari tangan putri Raja dan terjatuh di tanah
dekat sumur lalu terguling masuk ke dalam sumur tersebut. Mata putri raja hanya
bisa memandangi bola tersebut meluncur kedalam sumur yang dalam, begitu
dalamnya hingga dasar sumur tidak kelihatan lagi. Putri raja tersebut mulai
menangis, dan terus menangis seolah-olah tidak ada yang bisa menghiburnya lagi.
Di tengah-tengah tangisannya dia mendengarkan satu suara yang berkata
kepadanya,


“Apa yang membuat kamu begitu sedih, sang Putri? air
matamu dapat melelehkan hati yang terbuat dari batu.”


Dan ketika putri raja tersebut melihat darimana sumber suara
tersebut berasal, tidak ada seseorangpun yang kelihatan, hanya seekor kodok
yang menjulurkan kepala besarnya yang jelek keluar dari air.


“Oh, kamukah yang berbicara?” kata sang putri;
“Saya menangis karena bola emas saya tergelincir dan jatuh kedalam
sumur.”


“Jangan kuatir, jangan menangis,” jawab sang
kodok, “Saya bisa menolong kamu; tetapi apa yang bisa kamu berikan kepada
saya apabila saya dapat mengambil bola emas tersebut?”


“Apapun yang kamu inginkan,” katanya;
“pakaian, mutiara dan perhiasan manapun yang kamu mau, ataupun mahkota
emas yang saya pakai ini.”


“Pakaian, mutiara, perhiasan dan mahkota emas mu
bukanlah untuk saya,” jawab sang kodok; “Bila saja kamu menyukaiku,
dan menganggap saya sebagai teman bermain, dan membiarkan saya duduk di mejamu,
dan makan dari piringmu, dan minum dari gelasmu, dan tidur di ranjangmu,
jika
kamu berjanji akan melakukan semua ini, saya akan menyelam ke bawah sumur dan
mengambilkan bola emas tersebut untuk kamu.”


“Ya tentu,” jawab sang putri raja; “Saya
berjanji akan melakukan semua yang kamu minta jika kamu mau mengambilkan bola
emas ku.”


Tetapi putri raja tersebut berpikir,  “Omong kosong apa yang dikatakan oleh
kodok ini! seolah-olah sang kodok ini bisa melakukan apa yang dimintanya selain
berkoak-koak dengan kodok lain, bagaimana dia bisa menjadi pendamping
seseorang.”


Tetapi kodok tersebut, begitu mendengar sang putri
mengucapkan janjinya, menarik kepalanya masuk kembali ke dalam air dan mulai
menyelam turun, setelah beberapa saat dia kembali kepermukaan dengan bola emas
pada mulutnya dan melemparkannya ke atas rumput.


Putri raja menjadi sangat senang melihat mainannya kembali,
dan dia mengambilnya dengan cepat dan lari menjauh.


“Berhenti, berhenti!” teriak sang kodok;
“bawalah aku pergi juga, saya tidak dapat lari secepat kamu!”


Tetapi hal itu tidak berguna karena sang putri itu tidak mau
mendengarkannya dan mempercepat larinya pulang ke rumah, dan dengan cepat
melupakan kejadian dengan sang kodok, yang masuk kembali ke dalam sumur.


Hari berikutnya, ketika putri Raja sedang duduk di meja
makan dan makan bersama Raja dan menteri-menterinya di piring emasnya,
terdengar suara sesuatu yang meloncat-loncat di tangga, dan kemudian terdengar
suara ketukan di pintu dan sebuah suara yang berkata “Putri raja yang
termuda, biarkanlah saya masuk!”


Putri Raja yang termuda itu kemudian berjalan ke pintu dan
membuka pintu tersebut, ketika dia melihat seekor kodok yang duduk di luar, dia
menutup pintu tersebut kembali dengan cepat dan tergesa-gesa duduk kembali di
kursinya dengan perasaan gelisah. Raja yang menyadari perubahan tersebut
berkata,


“Anakku, apa yang kamu takutkan? apakah ada raksasa
berdiri di luar pintu dan siap untuk membawa kamu pergi?”

“Oh.. tidak,” jawabnya; “tidak ada raksasa,
hanya kodok jelek.”

“Dan apa yang kodok itu minta?” tanya sang Raja.


“Oh papa,” jawabnya, “ketika saya sedang
duduk di sumur kemarin dan bermain dengan bola emas, bola tersebut tergelincir
jatuh ke dalam sumur, dan ketika saya menangis karena kehilangan bola emas itu,
seekor kodok datang dan berjanji untuk mengambilkan bola tersebut dengan syarat
bahwa saya akan membiarkannya menemaniku, tetapi saya berpikir bahwa dia tidak
mungkin meninggalkan air dan mendatangiku; sekarang dia berada di luar pintu,
dan ingin datang kepadaku.”


Dan kemudian mereka semua mendengar kembali ketukan kedua di
pintu dan berkata,

“Putri Raja yang termuda, bukalah pintu untuk saya!,
Apa yang pernah kamu janjikan kepadaku? Putri Raja yang termuda, bukalah pintu
untukku!”


“Apa yang pernah kamu janjikan harus kamu penuhi,”
kata sang Raja; “sekarang biarkanlah dia masuk.”


Ketika dia membuka pintu, kodok tersebut melompat masuk,
mengikutinya terus hingga putri tersebut duduk kembali di kursinya. Kemudian
dia berhenti dan memohon, “Angkatlah saya supaya saya bisa duduk
denganmu.”


Tetapi putri Raja tidak memperdulikan kodok tersebut sampai
sang Raja memerintahkannya kembali. Ketika sang kodok sudah duduk di kursi, dia
meminta agar dia dinaikkan di atas meja, dan disana dia berkata lagi,


“Sekarang bisakah kamu menarik piring makanmu lebih
dekat, agar kita bisa makan bersama.”


Dan putri Raja tersebut melakukan apa yang diminta oleh sang
kodok, tetapi semua dapat melihat bahwa putri tersebut hanya terpaksa
melakukannya.


“Saya merasa cukup sekarang,” kata sang kodok pada
akhirnya, “dan saya merasa sangat lelah, kamu harus membawa saya ke
kamarmu, saya akan tidur di ranjangmu.”


Kemudian putri Raja tersebut mulai menangis membayangkan
kodok yang dingin tersebut tidur di tempat tidurnya yang bersih. Sekarang sang
Raja dengan marah berkata kepada putrinya,

“Kamu adalah putri Raja dan apa yang kamu janjikan
harus kamu penuhi.”


Sekarang putri Raja mengangkat kodok tersebut dengan
tangannya, membawanya ke kamarnya di lantai atas dan menaruhnya di sudut kamar,
dan ketika sang putri mulai berbaring untuk tidur, kodok tersebut datang dan
berkata, “Saya sekarang lelah dan ingin tidur seperti kamu, angkatlah saya
keatas ranjangmu, atau saya akan melaporkannya kepada ayahmu.”


Putri raja tersebut menjadi sangat marah, mengangkat kodok
tersebut keatas dan melemparkannya ke dinding sambil menangis,

“Diamlah kamu kodok jelek!”


Tetapi ketika kodok tersebut jatuh ke lantai, dia berubah
dari kodok menjadi seseorang pangeran yang sangat tampan. Saat itu juga
pangeran tersebut menceritakan semua kejadian yang dialami, bagaimana seorang
penyihir telah membuat kutukan kepada pangeran tersebut, dan tidak ada yang
bisa melepaskan kutukan tersebut kecuali sang putri yang telah di takdirkan
untuk bersama-sama memerintah di kerajaannya.


Dengan persetujuan Raja, mereka berdua dinikahkan dan saat
itu datanglah sebuah kereta kencana yang ditarik oleh delapan ekor kuda dan
diiringi oleh Henry pelayan setia sang Pangeran untuk membawa sang Putri dan
sang Pangeran ke kerajaannya sendiri. Ketika kereta tersebut mulai berjalan
membawa keduanya, sang Pangeran mendengarkan suara seperti ada yang patah di
belakang kereta. Saat itu sang Pangeran langsung berkata kepada Henry pelayan
setia, “Henry, roda kereta mungkin patah!”, tetapi Henry menjawab,
“Roda kereta tidak patah, hanya ikatan rantai yang mengikat hatiku yang
patah, akhirnya saya bisa terbebas dari ikatan ini”.


Ternyata Henry pelayan setia telah mengikat hatinya dengan
rantai saat sang Pangeran dikutuk menjadi kodok agar dapat ikut merasakan
penderitaan yang dialami oleh sang Pangeran, dan sekarang rantai tersebut telah
terputus karena hatinya sangat berbahagia melihat sang Pangeran terbebas dari
kutukan.


Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng
pangeran kodok ini adalah K
esetiaan itu sangat mahal harganya dan suatu janji harus
dipenuhi, karena itu janganlah kita sembarang membuat janji.


Eksplorasi konten lain dari PRAKATA.ID

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.