Info terupdate
SISI LAIN REALITA
Indeks

Cerita Dongeng Putri Tidur

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Dahulu kala, terdapat sebuah negeri yang dipimpin oleh raja
yang sangat adil dan bijaksana. Rakyatnya makmur dan tercukupi semua
kebutuhannya. Tapi ada satu yang masih terasa kurang. Sang Raja belum
dikaruniai keturunan.

Setiap hari raja dan permaisuri selalu berdoa agar
dikaruniai seorang anak. Akhirnya, doa raja dan permaisuri dikabulkan. Setelah
9 bulan mengandung, permaisuri melahirkan seorang anak wanita yang cantik.

Raja sangat bahagia, ia mengadakan pesta dan mengundang
kerajaan sahabat serta seluruh rakyatnya. Raja juga mengundang 7 penyihir baik
untuk memberikan mantera baiknya.

“Jadilah engkau putri yang baik hati”, kata
penyihir pertama.

“Jadilah engkau putri yang cantik”, kata penyihir
kedua.

“Jadilah engkau putri yang jujur dan anggun”, kata
penyihir ketiga.

“Jadilah engkau putri yang pandai berdansa”, kata
penyihir keempat.

“Jadilah engkau putri yang bijaksana”, kata
penyihir kelima.

“Jadilah engkau putri yang pandai menyanyi”, kata
pneyihir keenam.

Sebelum penyihir ketujuh memberikan mantranya, tiba-tiba
pintu istana terbuka. Sang penyihir jahat masuk sambil berteriak, “Mengapa
aku tidak diundang ke pesta ini?”

Penyihir terakhir yang belum sempat memberikan mantanya
sempat bersembunyi dibalik tirai.

“Karena aku tidak diundang, aku akan mengutuk
anakmu.”

Penyihir tua yang jahat segera mendekati tempat tidur sang
putri sambil berkata, “sang putri akan mati tertusuk jarum pemintal
benang, ha ha ha ha!..”.

Si penyihir jahat segera pergi setelah mengeluarkan
kutukannya. Para undangan terkejut mendengar kutukan sang penyihir jahat itu.
Raja dan permaisuri menangis sedih.

Pada saat itu, muncullah penyihir baik yang ketujuh.

“Jangan khawatir, aku bisa meringankan kutukan penyihir
jahat,” ujar penyihir ketujuh.

“Sang putri tidak akan wafat, ia hanya akan tertidur
selama 100 tahun setelah terkena jarum pemintal benang, dan ia akan terbangun
kembali setelah seorang pangeran datang padanya”, lanjut penyihir ketujuh.

Setelah kejadian itu, raja segera memerintahkan agar semua
alat pemintal benang yang ada di negerinya segera dikumpulkan dan dibakar.

Enam belas tahun kemudian, sang putri telah tumbuh menjadi
seorang gadis yang cantik dan baik hati. Tidak berapa lama raja dan permaisuri
melakukan perjalanan ke luar negeri.

Sang putri yang cantik tinggal di istana. Ia berjalan-jalan
keluar istana. Ia masuk ke dalam sebuah puri. Di dalam puri itu, ia melihat
sebuah kamar yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Ia membuka pintu kamar
tersebut dan ternyata di dalam kamar itu, ia melihat seorang nenek sedang
memintal benang.

Setelah berbicara dengan nenek tua, sang putri duduk di
depan alat pemintal dan mulai memutar alat pemintal itu.

Ketika sedang asyik memutar alat pintal, tiba-tiba jari sang
putri tertusuk jarum alat pemintal. Ia menjerit kesakitan dan tersungkur di
lantai.

“Hi hi hi….. tamatlah riwayatmu!”, kata sang
nenek yang ternyata adalah si penyihir jahat.

Hilangnya sang putri dari istana membuat khawatir orang
tuanya. Semua orang diperintahkan untuk mencari sang putri. Sang putri pun
ditemukan. Tetapi ia dalam keadaan tak sadarkan diri.

“Anakku! malang sekali nasibmu” ratap raja.

Tiba-tiba datanglah penyihir muda yang baik hati.

“Jangan khawatir, tuan putri hanya akan tertidur
seratus tahun,” kata penyihir.

“Tapi ia tidak akan sendirian. Aku akan menidurkan
kalian semua,” lanjutnya sambil menebarkan sihirnya ke seisi istana.

Kemudian, penyihir itu menutup istana dengan semak berduri
agar tak ada yang bisa masuk ke istana.

Seratus tahun yang panjang pun berlalu. Seorang pangeran
dari negeri seberang kebetulan lewat di istana yang tertutup semak berduri itu.

Menurut cerita orang desa di sekitar situ, istana itu dihuni
oleh seekor naga yang mengerikan. Tentu saja pangeran tidak percaya begitu saja
pada kabar itu.

“Akan kuhancurkan naga itu,” kata sang pangeran.

Pangeran pun pergi ke istana. Sesampai di gerbang istana,
pangeran mengeluarkan pedangnya untuk memotong semak belukar yang menghalangi
jalan masuk.

Namun, setelah dipotong berkali-kali semak itu kembali
seperti semula.

“Semak apa ini?” kata pangeran keheranan.

Tiba-tiba muncullah seorang penyihir muda yang baik hati.

“Pakailah pedang ini,” katanya sambil memberikan
sebuah yang pangkalnya berkilauan.

Dengan pedangnya yang baru, pangeran berhasil masuk ke
istana.

“Nah itu dia menara yang dijaga oleh naga.”

Pangeran segera menaiki menara itu. Penyihir jahat melihat
kejadian itu melalui bola kristalnya.

“Akhirnya kau datang, pangeran. Kau pun akan terkena
kutukan sihirku!” Penyihir jahat itu bergegas naik ke menara.

Ia menghadang sang pangeran.

Hai pangeran! jika kau ingin masuk, kau harus mengalahkan
aku terlebih dahulu!” teriak si penyihir.

Dalam sekejap, ia merubah dirinya menjadi seekor naga
raksasa yang menakutkan. Ia menyemburkan api yang panas.

Pangeran menghindar dari semburan api itu. Ia menangkis
sinar yang terpancar dari mulut naga itu dengan pedangnya.

Ketika mengenai pangkal pedang yang berkilau, sinar itu
memantul kembali dan mengenai mata sang naga raksasa. Kemudian, dengan secepat
kilat, pangeran melemparkan pedangnya ke arah leher sang naga.

“Aaaaa….!”

Naga itu jatuh terkapar di tanah, dan kembali ke bentuk
semula, lalu mati.

Begitu tubuh penyihir tua itu lenyap, semak berduri yang
selama ini menutupi istana ikut lenyap. Di halaman istana, bunga-bunga mulai
bermekaran dan burung-burung berkicau riang. Pangeran terkesima melihat hal
itu. Tiba-tiba penyihir muda yang baik hati muncul di hadapan pangeran.

“Pangeran, engkau telah berhasil menghapus kutukan atas
istana ini. Sekarang pergilah ke tempat sang putri tidur,” katanya.

Pangeran menuju ke sebuah ruangan tempat sang putri tidur.
Ia melihat seorang putri yang cantik jelita dengan pipi semerah mawar yang
merekah.

“Putri, bukalah matamu,” katanya sambil menggengam
tangan sang putri.

Pangeran mencium pipi sang putri. Pada saat itu juga,
hilanglah kutukan sang putri.

Setelah tertidur selama seratus tahun, sang putri terbangun
dengan kebingungan.

“Ah apa yang terjadi?Siapa kamu?”tanyanya.

Lalu pangeran menceritakan semua kejadian yang telah terjadi
pada sang putri.

“Pangeran, kau telah mengalahkan naga yang menyeramkan.
Terima kasih pangeran,” kata sang putri.

Ketika melihat sang putri dalam keadaan sehat, raja dan
permaisuri sangat bahagia. Mereka sangat berterima kasih pada sang pangeran
yang gagah berani.

Kemudian pangeran berkata, “paduka raja, hamba punya
satu permohonan. Hamba ingin menikah dengan sang putri.”

Raja pun menyetujuinya. Hari pernikahan sang putri dan
pangeran pun tiba. Orang berbondong-bondong datang dari seluruh pelosok negeri
untuk mengucapkan selamat. Tujuh penyihir yang baik juga datang dengan membawa
hadiah.


Eksplorasi konten lain dari PRAKATA.ID

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.