Info terupdate
SISI LAIN REALITA
Indeks

Cerita Rakyat Aceh – Kisah Legenda Si Cabe Rawit

Kisah Legenda Si Cabe Rawit 

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Alkisah, dahulu kala di sebuah gubug kecil, hidup sepasang
suami istri yang sudah tua. Kehidupan mereka sangat miskin. Sang suami berkerja menjadi buruh angkut di pasar untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Di usia mereka yang telah senja, mereka belum juga
dikaruniai seorang anak. Namun begitu, keduanya tidak pernah berhenti berdoa. Setiap hari mereka selalu berdoa kepada Tuhan agar diberikan
seorang anak.

Tuhan, berikanlah kepada kami seorang anak yang akan melanjutkan
keturunan. Walaupun anak kami hanya berukuran sebesar cabe rawit, kami akan
dengan senang hati menerimanya
.” demikian doa sang suami di suatu pagi.

Di suatu hari, sang istri sakit, sebenarnya sang istri kala itu tengah mengandung. Hanya saja bayi di kandungan istrinya berukuran sangat
kecil, sehingga mereka berdua tidak menyadarinya.

Beberapa bulan kemudian, sang istri melahirkan seorang bayi
berukuran sangat kecil, sebesar ukuran cabe rawit. Mereka berdua sangat gembira dengan kehadiran si buah hati. Karena berukuran sebesar cabe rawit, mereka berdua kemudian
memberi nama bayi mereka dengan nama Cabe Rawit.

Mereka membesarkan anak mereka dengan penuh kasih sayang. Malangnya, setelah si Cabe Rawit beranjak dewasa, ayah si
Cabe Rawit meninggal karena sakit. Akibatnya Si Cabe Rawit harus bekerja menggantikan ayahnya,
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Ia berniat bekerja menjadi kuli panggul di pasar seperti
pekerjaan ayahnya. Meskipunbertubuh kecil, namun cabe rawit memiliki tenaga
sangat kuat dan memiliki suara lantang.

Ketika si Cabe Rawit pergi ke pasar, di tengah jalan ia
bertemu dengan seorang pedagang pisang. Si pedagang pisang memanggul pisang bawaannya yang banyak. Si Cabe Rawit merasa takut tertimpa oleh buah pisang
sehingga ia berteriak, “Hai bapak penjual pisang! Hati-hati jangan sampai
pisang milik bapak menimpa tubuhku yang kecil!

Si pedagang pisang sontak merasa kaget dengan suara keras
tersebut. Ia menengok ke kanan dan ke kiri mencari asal suara
tersebut. Karena tidak menemukan asal suara, si bapak penjual pisang
merasa ketakutan.

Ia pikir suara tersebut adalah suara hantu. Ia lantas lari tunggang langgang meninggalkan pisang
dagangannya di jalan, karena pisang tersebut dibiarkan tergeletak begitu saja, Si
Cabe Rawit akhirnya membawa pisang-pisang tersebut ke rumahnya.

Hal ini sering terjadi pada para pedagang lainnya di pasar
seperti pedagang beras, pedagang jagung, pedagang sayuran dan pedagang lain. Alhasil, setiap hari banyak barang-barang yang dibawa oleh
si Cabe Rawit ke rumahnya. Akhirnya kehidupan si Cabe Rawit beserta ibunya menjadi
berkecukupan.


Eksplorasi konten lain dari PRAKATA.ID

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.